Powered By Blogger

Jumat, 29 April 2011

Sepuluh Cara Efektif Meningkatkan Profit Usaha Anda. (Bag. 2)

Berikut kelanjutan dari topik artikel sebelumnya tentang cara meningkatkan keuntungan usaha.


2. Meningkatkan jumlah customer baru

Cara kedua untuk meningkatkan profit usaha adalah meningkatkan jumlah customer baru. Cara ini adalah cara yang paling umum kita lakukan. Dan sepertinya, cara ini banyak menyita waktu kita untuk meraih profit.
Bagaimana cara untuk mendapatkan customer baru ? berikut ini beberapa langkah yang biasa kita lakukan :

- Menambah biaya marketing. Dengan harapan, jika biaya ditambah, customer baru juga bertambah
- Mencari media alternative untuk pemasaran. Ini dilakukan jika media lama dianggap kurang efektif atau bisa juga untuk membantu media lama.


Meningkatkan customer baru adalah langkah yang tepat untuk meningkatkan profit perusahaan. Tapi jangan lupa pada langkah berikut ini ….


3. Meningkatkan Jumlah Pembelian Per Customer
Jangan hanya mencari customer baru, sementara customer lama Anda lupakan. Customer lama merupakan orang yang sudah memiliki kepercayaan kepada Anda. Karena itu menjadi lebih mudah untuk mendapatkan pembelian dari customer lama daripada customer baru.

Beberapa metode untuk meningkatkan jumlah pembelian per customer antara lain :

- Up selling, artinya menawarkan spesifikasi yang lebih besar dengan harga yang lebih mahal. Misalnya Anda menjual computer. Seorang konsumen datang ingin membeli computer dengan harga 3 jutaan. Maka, tawarkan computer yang lebih tinggi spesifikasinya dengan harga yang lebih mahal. Jelaskan manfaat-manfaatnya yang sesuai dengan harapan konsumen tadi

- Cross selling, artinya menawarakan produk yang melengkapi produk utama yang dibeli customer Anda. Misalnya, pembeli computer ditawari asesoris computer. Pembeli makanan di warung, ditawari juga minuman dan makanan pembuka.

- Meningkatkan frekuensi pembelian. Maksudnya, Anda bisa meningkatkan frekuensi pembelian customer dalam jangka waktu tertentu. Kalau saat ini customer membeli 1 bulan sekali, tingkatkan menjadi satu bulan lima kali

Yang selalu harus kita ingat adalah, biaya untuk “merawat” customer lama jauh lebih rendah daripada biaya untuk mendapatkan customer baru. Karena itulah di dunia bisnis ada Customer Relationship Management (CRM).




4. Menjadikan Customer Anda sebagai pemasar
Anda ingin meningkatkan profit dengan cara GRATIS dan menyebar seperti virus ? inilah caranya. Jadikan customer Anda sebagai pemasar produk Anda. Maksudnya bagaimana ?
Berawal dari kepuasan customer akan produk dan pelayanan yang Anda berikan, ia akan dengan sukarela menyebarkan usaha Anda ke orang lain. Ini juga yang disebut pemasaran dari mulut ke mulut (mouth to mouth) atau viral marketing.
Berdasarkan penelitian, orang akan jauh lebih percaya membeli produk Anda jika ada yang mereferensikan. Dan Anda bisa membayangkan, jika satu customer Anda memiliki relasi ratusan orang atau bahkan ribuan orang, berapa customer baru yang akan Anda dapatkan. Terlebih saat ini era internet dan SMS.
Karena itu, kepuasan pelanggan harus Anda wujudkan di bisnis Anda. Produk dan pelayanan Anda harus mampu menjadikan customer memiliki loyalitas tinggi. Dan pada akhirnya produk dan pelayanan Anda harus bisa menjadikan customer sebagai pemasar Anda.

5. Tingkatkan pelayanan dan manfaat, bukannya diskon
Sebuah barang komoditas akan tetap berharga murah manakala tidak ada nilai tambah dari manfaatnya. Ketika sebuah barang komoditas diberi nilai tambah manfaat, maka harga barang tadi akan ikut naik seiring dengan penambahan nilai manfaat. Contohnya, kopi di pasar adalah komoditas yang harganya murah. Tapi setelah kopi dijual di Starbuck, nilainya akan manfaatnya bertambah dan harganya melambung tinggi.
Apapun barang atau jasa yang Anda miliki saat ini, silahkan naikkan nilai manfaat dan pelayannya. Dan setelah itu Anda bisa menaikkan harga sesuai dengan manfaat dan pelayanan yang Anda berikan.
Diskon merupakan salah satu strategi marketing yang bisa meningkatkan omset bisnis. Tapi Anda juga harus ingat, tujuan utama bisnis Anda adalah mendapatkan profit. Pemberian diskon pasti akan menurunkan margin keuntungan Anda, bukan ?

Boleh saja memberi diskon, tapi tentu dengan strategi dan pemikiran yng masak.
Nah, daripada selalu memberikan diskon yang belum tentu memberikan hasil, Anda bisa memberikan manfaat dan pelayanan yang lebih baik dengan harga yang sama atau bahkan lebih tinggi


6. Merancang anggaran bulanan
Kesuksesan harus direncanakan. Termasuk dalam masalah anggaran bulanan bisnis Anda. Rancanglah anggaran bulanan Anda agar pengeluaran Anda bisa lebih terkontrol dan terencana. Tanpa perencanaan, bisa jadi banyak pengeluaran yang mestinya tidak perlu tapi malah Anda lakukan.
Segala hal yang menyangkut masalah pengeluaran uang di perusahaan semestinya sudah direncanakan. Apalagi jika pengeluaran itu sifatnya rutin.


7.Lakukan penghematan 10 %
Lakukan penghematan semua biaya operasional Anda saat ini sebesar 10 %, kalau bisa lebih besar tentu lebih bagus. Silahkan cek semua pos pengeluaran Anda saat ini, saya yakin banyak sekali pengeluaran yang bisa Anda hemat. Uang yang Anda hemat itu bisa Anda gunakan untuk kepentingan yang lebih bermanfaat bagi bisnis Anda
Contoh-contoh pengematan : gunakan listrik seperlunya, beli kebutuhan kantor secara grosir, mengganti barang-barang kebutuhan rutin dengan barang yang harganya lebih murah, dll


8.Hentikan iklan yang tidak efektif
Di tengah persaingan usaha yang demikian sengit, iklan adalah bagian dari bisnis yang banyak memakan biaya. Sebagai pebisnis, tentu Anda mencermati mana saja iklan yang menguntungkan dan memberikan dampak bagi kemajuan bisnis. Tidak semua iklan efektif. Iklan yang tidak efektif wajib Anda tinggalkan sekarang juga.
Ingat selalu, dunia selalu berubah dan berkembang. Demikian juga perilaku konsumen juga berubah. Media yang dulu efektif untuk iklan Anda, belum tentu saat ini bermanfaat untuk bisnis Anda. Karena itu, melakukan pengukuran terhadap efektifitas iklan Anda menjadi sangat penting.


9. Dahulukan menjual barang dengan margin tinggi
Apa yang Anda capai saat ini biasanya adalah hasil dari apa yang Anda memfokuskan diri terhadapnya. Jika Anda menjual aneka macam produk dengan margin yang berbeda-beda, ada baiknya mulai saat ini Anda lebih memfokuskan diri memprioritaskan barang dengan margin keuntungan yang tinggi. Margin yang tinggi akan sangat membantu cashflow bisnis Anda. Beda sekali kan jika Anda menjual barang dengan margin rendah, walaupun volume penjualan banyak.
Fokuskan penjualan Anda pada produk-produk dengan margin yang tinggi.

10. Buat Program Member

11. Berdoa..




artikel ini diambil dari web adabisnis.com.

Sepuluh Cara Efektif Meningkatkan Profit Usaha Anda. (Bag. 1)

Siapa yang sudah punya usaha? Buat yang sudah memiliki usaha, artikel ini saya sharingkan, siapa tau bisa membantu pemirsa meningkatkan profit alias keuntungan usaha atau bisnis anda. Tidak dapat dipungkiri, seorang wirausaha alias bisnisman menginginkan keuntungan yang besar. Dengan keuntungan yang besar bisa memperluas usaha. Sebaliknya, profit yang kecil yang tidak bisa menutupi operasional usaha bisa mengakibatkan usaha tidak bertahan lama. Nah, apa-apa saja cara atau langkah yang bisa ditempuh untuk meningkatkan keuntungan usaha anda?


Berikut akan saya sharingkan sepuluh cara jitu menaikkan keuntungan bisnis :

1. Meningkatkan jumlah pengunjung usaha anda. CAra ini merupakan cara yang umum digunakan oleh orang. Meningkatkan jumlah pengunjung bisa meningkatkan keuntungan. Misal dari 100 pengunjung yang mampir, ada 10 orang pembeli, berarti apabila ingin menambah menjadi 20 orang pembeli, tingkatkan pengunjung menjadi 200 orang. Bagaimana cara meningkatkan jumlah pengunjung usaha anda :

- Memperluas marketing dan promosi. Menambah media promosi bisa menambah pengunjung, gunakan media promosi yang tepat sesuai dengan jenis produk pemirsa dan target pasar pemirsa. Tentu saja menambah media promosi bisa jadi meningkatkan biaya, selain meningkatkan keuntungan. Pilih media promosi dan marketing yang tepat memberikan hasil penambahan yang tepat.

- Menambah alternatif marketing. Mungkin selama ini hanya bermarketing offline, bisa menggunakan online marketing untuk memperluas jangkauan pasar. Online marketing bisa menjangkau tanpa batas ke pelosok manapun selama terkoneksi dengan internet, bahkan bisa promo bersifat global. Untuk online marketing, bisa melakukan sendiri asal mengetahui tehnis berpromosi online atau menggunakan jasa online marketing atau web marketing.

- Cross selling dengan usaha orang lain. Ini cara meningkatkan keuntungan dengan berpartner dengan usaha orang lain. Misal usaha pemirsa bergerak di bidang kursus komputer. Pemirsa bisa membangun kerjasama dengan pemilik usaha toko komputer, dengan menawarkan pemberian voucher kursus untuk pembeli komputer atau pembagian keuntungan untuk tiap pendaftaran yang direferensikan, atau sebaliknya, barter promosi.

- Bisa juga dengan mengadakan promosi dengan alternatif yang berbeda. Misal kalau dulu pembicara seminar berpromosi seminar dengan diskon, sekarang memberikan gratis seminar (preview seminar) lebih dahulu. Kalau orang dikasih gratis, rata2 lebih banyak yang datang. Dengan banyaknya pengunjung, makin besar peluang meraih pembelian, sehingga berpotensi meningkatkan keuntungan atau profit.
Tentunya point 1 ini akan powerful bila diikuti oleh point ke 2 Cara meningkatkan keuntungan usaha atau bisnis.


Apa point 2 nya? Akan kita obrolkan di artikel berikutnya.

Kamis, 28 April 2011

ENAKNYA MENJADI PENGUSAHA: (CERITA UNTUK CALON PENGUSAHA )

Amal masih ingat betul kata-kata bosnya (pemilik perusahaan) ketika masih bekerja.. “Jangan sok idealis, anak buah kamu tetap akan berkerja karena mereka butuh makan. Yang penting kamu awasi dan kontrol terus menerus agar mereka tidak menjadi malas”. Kata pimpinannya dengan nada tinggi.

Penolakan dari bosnya ini sangat membuatnya kecewa, karena waktu itu dia adalah manajer bagian produksi yang membawahi paling banyak tenaga kerja, kurang lebih 1000 orang.
Sudah seringkali anak buahnya mengeluh tentang mekanisme ijin tidak masuk kerja, waktu istirahat, waktu beribadah dan kenaikan gaji. Kasus yang sering muncul adalah sulitnya proses ijin tidak masuk kerja khususnya kalau ada karyawan yang anggota keluarganya tiba-tiba sakit.

Selain tidak ada asuransi untuk anggota keluarga, juga tidak ada perhatian dari perusahaannya terhadap keluarga karyawannya. Bahkan apabila karyawan nekat membolos kerja, maka sangsinya pemotongan gaji.

Menurut Amal, sistem yang buruk akan berdampak pada pekerja sekaligus perusahaan, karena ketidaktenangan dan ketidaknyamanan dalam bekerja akan membuat karyawan tidak fokus dan berpengaruh terhadap kualitas pekerjaan.

Sudah lama Amal memendam perasaan itu, sampai kesabarannya mulai habis dan berpikir untukj segera keluar dari pekerjaannya. Sering Amal merasa heran sendiri kenapa bosnya menolak pembaharuan sistem yang justru akan menguntungkan kedua belah pihak, baik perusahaan maupun karyawannya.

Amal adalah seorang pemuda yang memiliki keinginan untuk menjadi orang sukses yang kaya dan bermanfaat untuk banyak orang. Perjalanan karirnya dimulai dengan menjadi seorang pekerja, karena Amal merasa tidak punya modal untuk berusaha sendiri. Dia percaya bahwa dengan bekerja baik dan tekun maka dia akan mampu mewujudkan cita-citanya, yaitu memiliki karir yang bagus dan gaji yang tinggi. Cara pandangnya dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan keluarganya yang mendorongnya untuk segera bekerja selepas dia kuliah.
Keluarga dan lingkungan Amal tidak jauh berbeda dalam melihat pekerjaan dengan masyarakat Indonesia pada umumnya. Dimana sebagian besar keluarga dan lingkungan sosial mengajarkan “belajarlah yang keras pada saat sekolah, capailah nilai dan rangking tertinggi, kemudian dapatkan kerja yang terbaik dengan gaji yang besar”. Atau jadilah pegawai negeri sipil (PNS), karena jadi PNS akan membuatmu mendapat gaji dan pensiun seumur hidup. Itulah cara hidup terbaik.

Namun setelah melihat gaji PNS yang tidak begitu besar, dan juga cara kerja PNS yang kurang profesional, Amal berpikir kalau lebih baik dia kerja di perusahaan swasta yang bisa memberikan gaji lebih besar dari PNS, juga dilihatnya pekerja diperusahaan swasta lebih dinamis dan menantang.

Begitu selesai kuliah, amal melamar pekerjaan di banyak perusahaan yang menurutnya cocok untuk meniti karirnya. Akhirnya Amal diterima bekerja pada sebuah perusahaan textil.
Dia seorang pekerja yang baik, loyal, aktif dan tekun. Jabatan kepala produksi yang di capainya setelah 5 tahun berkerja telah menunjukkan bahwa dia pada dasarnya adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk meraih prestasi dalam dunia kerja.

Awalnya dia cukup puas dengan apa yang dikerjakan dan gaji yang dia dapatkan. Kemudian setelah 7 tahun bekerja, dan posisinya sudah menjadi seorang manajer, barulah mulai muncul ketidakpuasan dalam perjalanan hidupnya untuk mencapai cita-cita.
Ketika dulu dia masih menjadi staf biasa, dia memimpikan untuk merubah suasana dan atmosfir kerja yang lebih memberdayakan dan partispatif untuk semua karyawan. Dia percaya bahwa gagasannya justru akan membuat perusahaan bisa lebih efisien dan efektif. Sebagai staf biasa yang tidak memiliki wewenang apapun untuk mengambil keputusan, dia tidak berdaya untuk merubahnya. Dia berharap setelah mendapat jabatan penting akan mampu mempengaruhi kebijakan perusahaan dan melakukan perubahan.

Setelah 7 tahun bekerja, dia baru sadar bahwa perubahan itu tidak mudah, karena bosnya (pemilik perusahaan) adalah seorang pemikir tradisonal, dengan gaya manajemen masa lalu yang cenderung otoriter dan lebih berorientasi pada keuntungan, dan hampir tidak peduli dengan kesejahteraan karyawan.

Amal telah bekerja keras, penuh loyalitas, serta sering lembur dengan menambah jam kerja untuk memberikan yang terbaik untuk perusahaannya. Namun itu semua ternyata belum mampu meyakinkan bosnya bahwa dia memiliki gagasan yang baik untuk merubah sistem kerja perusahaan. Sekalipun seorang pengusaha, namun cara berpikir bosnya justru tidak berkembang dan seringkali berorientasi jangka pendek dan takut akan kebangkrutan.
Padahal menurut cerita, bosnya dulu juga memulai dari nol untuk menjadi pengusaha besar. Memiliki kepribadian yang menyenangkan, memiliki keberanian, keuletan dan ketekunan sampai perusahaannya menjadi berkembang. Namun, dia tidak melihat sifat-sifat itu lagi di dalam diri bosnya.

Akhirnya Amal mulai merasa menemukan ketidaknyamanan dalam dunia kerja. Sampai tahun ke 8, dia masih bertahan, namun perlakuan yang diterima dari bosnya justru semakin membuatnya merasa kecewa. Gajinya tidak dinaikkan dan permintaanya untuk mengganti fasilitas mobilnya juga ditolak, sudah 2 tahun terakhir ini gaji dan fasilitasnya tidak berubah.
Padahal dia merasa telah ikut membesarkan perusahaan. Ketika dia baru masuk, tenaga diperusahaanya baru 400 orang. 5 tahun berikutnya sudah berkembang sampai 1000 orang, dan keuntungan perusahaan telah meningkat pesat. Kalaupun selama 2 tahun terakhir perusahaan menjadi stagnan, lebih dikarenakan bosnya tidak tanggap terhadap tuntutan perubahan.
Dia merasa bahwa loyalitas dan integritasnya telah dipahami secara salah oleh bosnya. Amal merasa diperlakukan secara tidak adil. Bekerja secara loyal, tekun dan professional, serta mampu membesarkan perusahaan, ternyata tidak secara otomatis menaikkan gajinya. Karena gajinya masih tergantung dengan si Bos. Selama ini dia tidak begitu menghiraukan, karena yang paling penting memberikan yang terbaik untuk perusahaan, sambil berharap bahwa suatu saat bosnya atau perusahaannya akan memberikan gaji yang sepadan.

Amal mulai merasa jauh dari kesuksesan yang pernah diimpikannya, dan pendapatan yang dia terima semakin tidak mencukupi kebutuhan bulanannya. Karena gaji 7,5 juta rupiah sebulan, fasilitas mobil dan tunjangan lainnya, selalu habis setiap bulannya. Sebagian besar gajinya digunakan untuk membatu adik-adiknya yang masih sekolah dan kuliah. Dulunya dia bermimpi untuk membahagiakan orangtuanya, menaikkan haji orang tuanya, dan masih banyak keinginan lainnya. Namun, impian itu sampai sekarang belum tercapai.

Sebenarnya Amal sudah sangat bersyukur kepada Tuhan dengan keadaannya sekarang, namun dia belum merasa sukses. Dia merasa ada kelebihan-kelebihan energi lain dalam dirinya yang belum dimanfaatkan sepenuhnya. Dia merasa terkekang oleh sistem kerja perusahaannya, dan kurang memiliki aktualisasi lain yang bisa dikembangkan.

Pada suatu hari, setelah 8 tahun penuh bekerja, dan mulai meragukan bahwa bekerja adalah jalan terbaik meraih cita-citanya, Amal bertemu dengan seorang teman lamanya yang kebetulan semenjak lulus kuliah langsung usaha. Usaha temannya terlihat belum besar namun ternyata sudah memiliki keuntungan bersih rata-rata 10 juta per bulan.

Temannya ini tampak hidup bersahaja, rajin beribadah, banyak menolong orang lain, sudah naik haji, berkeluarga dan memiliki 2 orang anak. Karyawannya ada sekitar 20 orang dan tampaknya juga rajin beribadah dan suasananya pun teduh dan nyaman. Dia membandingkan dengan dirinya yang belum berkeluarga, belum punya rumah dan bahkan tidak memiliki tabungan. Sekalipun setiap hari dia naik mobil bagus fasilitas perusahaan, namun sebenarnya dia tidak lebih kaya dibandingkan dengan temannya yang pengusaha itu.
Padahal 4 tahun yang lalu ketika dia sudah menjadi kepala produksi, temannya ini masih biasa-biasa saja, bisnisnya masih belum berjalan dan kehidupannya tampak pas-pasan, bahkan belum punya sepeda motor. Namun, sekarang tampaknya seperti terbalik, usaha temannya itu telah besar, menjadi kaya dan tampak menikmati pekerjaannya. Sementara dia sendiri berangkat kerja jam 7 pagi, pulangnya jam 9 malam bahkan kadang sampai jam 12 malam.
Dia tidak tahu persis bagaimana temennya ini menjadi sukses, karena 3 tahun terakhir dia sudah jarang ketemu, di mana Amal semakin sibuk dan temannya juga semakin sibuk.
Dari rasa tertarik akan kesuksesan temannya, akhirnya Amal menjadi sering ketemu dan diskusi dengan temannya itu tentang dunia bisnis dan enaknya menjadi pengusaha. Amal menemukan bedanya hidup menjadi pekerja dan menjadi seorang pengusaha. Dan dari temenya itulah kemudian dia mendapatkan sebuah buku tentang motivasi untuk menjadi seorang yang sukses.

Buku yang diberikan pada dia itu berjudul “Berpikir dan Berjiwa Besar” karangan dari DJ Scwartch. Buku itu mampu memotivasi secara kuat untuk merubah jalan hidupnya, dengan berniat untuk menjadi pengusaha.
Yang paling menarik setelah membaca buku itu, adalah kata-kata mutiara “kalau kau yakin bisa sukses, maka kau akan suskes”. Kesuksesan anda diukur oleh seberapa besar keyakinan anda terhadap kesuksesan itu sendiri.

Dalam waktu yang tidak lama kemudian Amal memutuskan untuk menjadi pengusaha, dan segera mengajukan permohonan mundur dari pekerjaannya. Bosnya sangat terkejut dan kaget dengan keputusannya, dan berharap bahwa Amal tidak mengundurkan diri, menawarkan gaji yang lebih tinggi dan fasilitas yang lebih baik. Namun Amal tidak perduli lagi, sudah terlalu lama dia bersabar, dan merasa sudah mantap dan yakin untuk keluar dari perusahaannya dan membangun usaha sendiri. Apakah kemudian Amal langsung menjadi pengusaha sukses ????

Pada awalnya Amal begitu meyakini bahwa bisnisnya akan segera berjalan dan menguntungkan setelah 1 tahun berjalan. Namun ternyata setelah 2 tahun bisnisnya berjalan, terbukti dengan jelas bahwa usaha sendiri ternyata tidak semudah dan secepat yang dibayangkan sebelumnya. Tidak seperti yang digambarkan oleh buku-buku yang pernah dibacanya. Bahkan usaha yang didirikannya cenderung merugi dan seakan-akan sedang menuju kebangkrutan dari pada keberhasilan.

Dia tidak lagi mampu membantu biaya sekolah adiknya, yang untungnya tinggal satu orang karena adiknya yang 1 lagi sudah selesai kuliah. Cicilan rumah yang terlanjur dia beli saat dia masih bekerja, juga tidak sanggup lagi dia teruskan, sebesar 2,5 juta setiap bulannya.

Bisnis yang dikembangkan oleh Amal adalah beternak sapi (pembesaran/penggemukan sapi). Dengan cara membeli sapi yang kecil atau bibit sapi kemudian dipelihara sekitar 3 sampai 4 bulan kemudian dijualnya. Hasilnya sebenarnya cukup menguntungkan, karena banyak pengusaha ternak sapi lain yang sudah sukses. Dia memilih beternak sapi karena mengetahui bahwa daging sapi sebagian besar besar masih impor, sehingga dia melihat bisnis ini cukup menguntungkan untuk jangka panjang. Didukung kondisi perekonomian yang semakin membaik dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang akan membuat konsumsi daging juga meningkat.
Setelah berjalan 2 tahun, dan tidak menemukan tanda-tanda keberhasilan dalam bisnisnya, Amal mulai ragu dan gelisah. Mulai muncul pertanyaan dari dalam dirinya. Apakah saya benar-benar mampu untuk menjadi pengusaha? Apakah benar-benar diperlukan “bakat” untuk menjadi pengusaha? Apakah saya telah gagal? Perlukah saya untuk ganti dari bisnis peternakan sapi ke bisnis yang lain? Ataukah saya harus kembali menjadi pekerja?
Sekitar 4 bulan lamanya Amal terjebak dalam kondisi itu, antara terus bisnis atau dia perlu mengambil jalan lain. Logika dan nalarnya benar-benar mengalami kebuntuan dan tidak mampu lagi mencari jalan terbaik apa yang perlu segera dilakukan.

Bisnisnya memang masih berjalan, tetapi dari 15 sapi yang semula dipelihara tinggal menjadi 8 sapi, yang keuntungannya tidak mampu lagi menutup operasionalnya dan gaji tenaganya. Belum lagi kalau tiba-tiba sapinya ada yang kena penyakit yang semakin memperbesar pengeluarannya. Dan yang lebih penting adalah cicilan hutang yang harus dia bayar tiap bulannya, karena telat sedikit akan langsung dikejar-kejar pihak Bank.
Pengalaman menemui kesulitan bisnis sendiri yang baru pertama kali dia temui, benar-benar menimbulkan keraguan yang mendalam. Dia merasa tidak percaya diri, bahkan rendah diri, malu keluar rumah, malu ketemu teman-teman lamanya, bahkan malu bertemu dengan keluarganya, karena dirinya sudah tidak bisa membantu keluarga lagi. Dia merasa malu, karena merasa telah gagal dan tidak ada yang perlu dibanggakan lagi.

Ketika masalah ini dia ceritakan pada teman-teman lamanya yang masih bekerja, mereka menyalahkan dan menyesalkan kenapa Amal harus keluar kerja. Berbagi dan ngobrol dengan teman-temannya yang pekerja justru membuat Amal semakin frustasi dan tidak tahu jalan mana yang harus diambil.

Dia teringat ketika baru akan memulai usaha, betapa saudara dan orangtuanya sangat menentangnya. Mereka menentang keinginan Amal untuk berhenti bekerja, dan membuka usaha sendiri. Keluarganya menganggap bahwa usaha sendiri itu penuh dengan resiko. Ya kalau lancar, kalau bangrut siapa yang menanggung??? Bahkan keluarganya mencontohkan orang-orang disekitar mereka yang berusaha sendiri, dan sekarang bangkrut. Dia merasa dalam kondisi yang benar-benar sulit. Di dalam dirinya selalu muncul pertanyaan yang sulit dijawabnya, haruskah dia berhenti wirausaha, dan kembali menjadi pekerja???

Untunglah Amal masih memiliki seorang teman yang pengusaha, yang mampu dan mau memotivasinya dia untuk terus bertahan dalam usahanya. Dia menemui lagi temannya itu, dan semakin merasa kagum karena temennya ini, karena usahanya semakin besar saja, bahkan keuntungan bersih rata-rata setiap bulan sudah mencapai 20 juta rupiah. Temannya itu bernama Alam.

Melihat Amal menghadapai masalah dalam merintis usahanya, maka Alam sebagai pengusaha yang sukses merintis dari nol, berusaha untuk membagikan pengalamannya kepada Amal. Alam mengatakan bahwa setiap kita ingin menaiki tangga kesuksesan, maka diperlukan sebuah perjuangan, dan harus berani melewati kegagalan. Alam bercerita bahwa dirinya juga mengalami hal yang sama di awal usahanya, sampai 3 tahun berjalan, usaha si Alam tidak menghasilkan keuntungan yang memadai, bahkan untuk beli makan sehari-hari tidak cukup.
“Rizki itu milik Allah SWT, tugas kita hanya menjemputnya dengan usaha kita”, kata Alam kepada Amal. “Ketika usaha kita belum memberikan hasil, maka bersabarlah, karena disetiap kesulitan itu ada kemudahan.” Alam menjelaskan begitulah Al Quran mengajarkan pada kita.
Setiap keinginan kita untuk suskes dalam usaha dunia, dibutuhkan pengetahuan dan cara mendapatkannya. Kalau kita sudah mampu menguasainya, maka dengan sendirinya kesuksesan bisnis akan begitu mudah kita dapatkan. Namun, semua itu butuh proses dan pembelajaran, sampai kemudian kita menemukan titik di mana usaha yang kita bangun menghasilkan keuntungan seperti yang diharapkan.

Sebagaimana orang sekolah, maka untuk naik kelas saja kita harus melewati test dan ujian. Barangkali kita tidak lulus test atau ujian, atau kita lulus dengan nilai jelek, tetapi kalau kita selalu bersungguh-sungguh, tekun dan ulet, maka lama-lama kita akan menjadi orang yang semakin pintar. Apalagi dalam dunia bisnis, yang tidak mengenal kelas dan siapa guru dan pengujinya.

Alam menceritakan dengan panjang lebar, dan menyarankan Amal untuk mebaca buku-buku yang berisi tentang motivasi bisnis lainnya. Seperti buku berjudul “Rich Dad Poor Dad” karya Robert T Kitosaki, buku “Emotional Spiritual Quation (ESQ)” karya Ari Ginanjar Agustian, “Menjadi Kaya dengan Cara Anda Sendiri” karya Brian Tracy, “Huku Sukses” karya Napolion Hill dan lain-lain. Juga buku-buku biografi para pengusaha sukses. Alam mendorong Amal untuk memanfaatkan salah satu buku-buku tentang sukses bisnis, untuk membuka wawasan yang lebih luas tentang proses pembangunan bisnis.

Alam juga mengajak Amal untuk mendalami agama, dengan memberikan Amal buku-buku agama. Alam bercerita bahwa mendalami agama dan mengamalkannya justru akan membuat hidup lebih tenang dan lebih bahagia. Agama akan menjadikan kita menjadi manusia yang bisa menguasai dunia, bukan manusia yang dikuasai dunia.

Berbagi pengalaman dengan Alam yang berlatang belakang pengusaha, ternyata mampu membangkitakan motivasi dan membuka inspirasi. Beberapa kali Amal bertemu dengan Alam. Dia belajar banyak darinya sehingga dia semakin kuat untuk terus mempertahankan bisnisnya, terus focus dan menganggap kesuksesan adalah sebuah proses, dan kegagalan adalah hal yang wajar ditemui oleh orang-orang yang ingin mencapai kesuksesan yang lebih tinggi.
Dia sadar, untuk meneruskan bisnisnya, dia tidak lagi punya modal dan hanya meninggalkan sedikit asset, bahkan dia memiliki hutang yang mulai tidak mampu dicicilnya. Namun dia tidak mau terjebak terus menerus dalam kekalutan dan kefrutasian, dan ingin segera kembali focus untuk menjalankan usahanya. Tidak ada jalan lain, resiko harus diambil, biarlah menjadi miskin kembali, namun tidak boleh kehilangan semangat dan berhenti di tengah jalan. Jalan panjang masih terbuka di depannya. Orang sukses adalah orang berani ambil resiko secara aktif.

Setelah mengkalkulasi dan menganalisa semua masalah dan kebutuhannya, maka Amal memutuskan untuk menjual rumahnya, satu-satunya sisa hasil dari 8 tahun bekerja, yang belum lunas cicilannya. Dia berprinsip dulu tidak punya apa-apa, sekarang pun wajar kalau tidak punya apa-apa. Yang penting masih punya semangat untuk maju menjadi sukses dan bermanfaat untuk orang lain.

Semangat itu pula yang mampu mengalahkan gaya hidup dia yang sudah terlanjur tinggi. Dulu, ketika dia masih bekerja, kemana-mana bawa mobil dan di dompetnya selalu ada uang minimal 200 ribu, kurang dari itu dia merasa tidak punya uang. Sekarang dia banting setir, kemana-mana bawa sepeda motor, di dompetnya tidak lagi banyak uang, kadang-kadang hanya uang 10 ribu yang hanya cukup untuk beli bensin, atau bahkan tidak bawa uang sama sekali.
Dari pada selalu mengenang pekerjaan masa lalu, Amal memilih untuk tetap fokus dengan usahanya. Dia tidak perduli berapa uang yang ada didompetnya, yang paling penting bagaimana usahanya tetap bisa berjalan lagi.

Bukan berarti masalah kemudian selesai dengan dia kembali ke fokus usahanya. Bahkan masalah yang lebih rumit menghadang, salah satu sapinya yang siap untuk dijual, tiba-tiba sakit dan mati. Namun semua itu telah mampu disikapinya dengan cara yang berbeda.
Pernah suatu saat, dia kehabisan uang setelah membayar gaji tenaganya dan melunasi beberapa tagihan.. Bahkan sekedar uang 5 ribu rupiah untuk untuk beli makanpun tidak ada. Dia merasa malu kalau harus meminjam kepada teman atau saudaranya. Akhirnya dia memilih untuk menhan rasa laparnya, sekaligus menguji dirinya sendiri bahwa rizki milik Allah yang Maha Kuasa. Dia yakin bahwa Allah mengatur rizki setiap mahluknya.

Setelah hampir satu hari penuh dia tidak makan, datanglah pertolongan Allah, di mana tiba-tiba salah seorang temannya menelpon dia untuk datang kerumahnya. Anak dari temannya itu sedang ulang tahun, banyak makanan sisa acara ulang tahun yang cukup banyak. Mulai makanan besar sampai makanan ringan. Temannya itu ingin agar Amal mengambil makan dan roti yang ada di rumahnya yang cukup banyak, dan temannya khawatir kalau roti-roti itu mubadzir. Subhanallah, Allahuakbar, alhamdulillahirobbil’alamin, demikian Amal memuji Allah SWT.

Sekalipun kejadian tersebut bukan sesuatu yang besar, namun menambah keyakinan Amal, bahwa manakala sudah sampai pada saatnya dia mendapatkan rizki, maka rizki itu akan datang juga. Pengalaman kecil, namun membuat dirinya semakin sadar bahwa betapa kecilnya kita di hadapan Allah SWT. Perenungan seperti itu tidak dia dapatkan ketika dia masih bekerja, yang setiap bulannya hampir bisa dipastikan mendapat bayaran. Seakan-akan rizki dating dari perusahaan bukan dari Tuhan. Berbeda ketika dia usaha sendiri, bahwa untuk mendapatkan uang yang jumlahnya kecil saja seakan-akan serba tidak pasti.

Lama-lama Amal semakin religius, dan semakin suka mendekatkan diri kepada Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Dia merasa bahwa apa yang dia rasakan sekarang ini adalah hidayah dari Allah. Dia sadar bahwa ketika seseorang mengalami masa-masa sulit seperti dirinya, maka bisa saja orang akan lari ke hal-hal yang bersifat klenik atau syirik, atau ke dukun misalnya. Atau bahkan terjebak pada pelarian mencari kesenangan sesaat, minum-minum, bermain judi dan kesenagan lainnya. Untuk itulah dia mensyukuri hidupnya yang justu merasa semakin dekat dengan agama.

Perubahan dalam dirinya ini, mulai dia rasakan membawa dampak yang cukup besar dalam menjalankan usahanya. Ketenangan dalam melihat dan menyikapi setiap masalah memunculkan kreatifitas yang luar biasa. Ide-ide cerdas segera bermunculan, seperti membuat formula makanan sapi yang membuat kotoran sapi tidak lagi berbau menyengat, memanfaatkan kotoran sapi untuk dijadikan pupuk kandang, membuat kolam ikan yang memanfaatkan kotoran sapi muda sebagai pakan ikan dan kreatifitas lainnya. Kreatifitasnya yang sederhana dan mudah diterapkan, menambah pendapatan bisnisnya.

Usahanya memang tidak serta merta lancar dan mendapat keuntungan besar. Namun jalan menuju sukses bisnis telah terbuka lebar, keyakinannya begitu kuat tertanam dalam dirinya, dan menganggap kesuskesan bisnis hanyalah masalah waktu, kalau kita mau tekun, ulet dan sabar. Amal mengembangkan visi usahanya, tidak lagi sekedar untuk mencari keuntungan, namun juga membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain dan menjadikan usahanya tidak hanya tempat mencari nafkah namun juga tempat untuk belajar.

Amal juga pernah kehabisan modal untuk mempertahankan usahanya, tidak bisa pinjam ke Bank, karena tidak punya jaminan. Dan tidak memiliki akses peinjaman ke tempat lain. Dulunya, kadang-kadang Amal pinjaman ke rentenir, namun karena bunganya terlalu tinggi, dia tidak mau lagi pinjam ke rentenir. Usahanya untuk terus mencari sumber modal akhirnya menemukannya dengan seorang investor. Amal menawarkan keuntungan bagi hasil, dan disetujui oleh investornya.

Amal benar-benar mulai memahami bahwa untuk bisnis sendiri tidak tergantung pada besarnya modal uang. Karena dia bangkit lagi membangun usahanya yang bangkrut di saat kehabisan modal dan menanggung sejumlah hutang.

Setelah menemukan bentuk ketenangan, semangat dan keyakinan baru dalam hidupnya, mulai muncul keinginan diri dalam diri Amal untuk menikah. Dulu ketika dia masih mendapatkan gaji 7 juta per bulan dia merasa bahwa uang sebesar itu belum cukup untuk menikah, karena dia merasa belum memiliki rumah sendiri (rumahnya masih cicilan). Namun sekarang ketika pendapatannya tidak pasti, tidak punya rumah dan tidak punya mobil, justru dia menemukan bentuk keyakinan baru, bahwa rizki adalah milik Allah yang Maha Kaya lagi dermawan.
Kebahagiaan hidup berkeluarga bukanlah terletak pada berapa banyak harta yang dimiliki, namun seberapa jauh keluarga kita mampu mendekatkan diri kepada Allah dan mampu saling mencintai karena Allah.

Amal tidak ingin mencari istri dengan berpacaran, namun berusaha dengan cara yang telah diajarkan agama. Dia teringat ucapan seorang temannya, bahwa cinta itu milik Allah SWT. Tugas manusia adalah menjemput cinta itu. Allah bisa memberikan rasa cinta dalam hati setiap manusia, dan sekaligus merubahnya menjadi rasa benci, karena Allah yang menggenggam hati setiap manusia.

Maka, barangsiapa dalam menjalankan kehidupan cintanya sesuai dengan aturan dan kehendak Allah, maka Allah SWT akan menambahkanya sebagai sebuah nikmat. Namun apabila dalam kehidupan percintaannya melanggar aturan-aturanNYA, maka sungguh dia akan celaka dunia-akherat. Dia akan tertipu oleh kesenagan dunia yang mengasyikkan namun tidak membahagiakan. Dia akan tersesat, tanpa merasa bahwa dirinya tersesat, dan menganggap dirinya telah berada pada jalan yang benar. Cintanya akan terombang ambing diantara keinginan dan nafsu.

Amal tidak tahu pasti kapan maksud dan tujuan hidup yang lebih mendalam seperti itu mulai begitu mudah dia terima. Selama ini dia merasa agama dari sudut pandang yang berbeda. Sehingga ibadahnya tidak karuan, dan kehidupannya pun kacau, jauh dari ketenangan. Yang ada dalam dirinya adalah ambisi-ambisi yang lahir dari keserakahan terhadap kesenangan dan kepuasan keduniaan.

Memang bisnis membutuhkan waktu dan proses untuk mencapai kesuksesannya, dan begitulah hukum dunia ini di tetapkan. Pohon mangga tidak bisa langsung berbuah, namun berproses dari kecil dan secara bertahap melewati siklusnya sendiri sampai bisa berbuah. Di tanah yang tepat dan mendapat sinar matahari dengan baik, pohon mangga itu akan mudah tumbuh dan berkembang, akar-akarnya akan mengembang secara kuat sehingga tidak mudah tumbang oleh hempasan badai. Pada saatnya kemudian akan mulai berbunga dan berbuah, mula-mula buahnya sedikit lama-lama menjadi banyak. Buahnya yang enak dan daunnya yang rindang akan memberi banyak manfaat.

Dalam sebuah bukunya Brian Tracy ditulis, bahwa untuk menjadi pengusaha atau orang disebut berpengalaman dalam usaha, adalah setelah dia menjalani usahanya yang terfokus selama 5 sampai 7 tahun. Upaya untuk mempercepatnya (mempersingkatnya) hanya akan menghasulkan kesia-siaan, membuat struktur usaha menjadi rapuh. Setelah 5 sampai 7 tahun, maka akan mulai muncul kemampuan sesungguhnya dalam menjalankan usahanya.

Setelah berjalan sekitar 6 tahun, sekarang bisnis Amal sudah semakin besar, jumlah sapinya sudah mencapai 200 ekor, dan tenaga kerjanya sudah mencapai 10 orang. Sebulan Amal mendapat keuntungan bersih 15 juta rupiah, setelah dikurangi operasional dan bagi hasil dengan investornya. Dia sudah menyiapkan beberapa rencana pengembangan bisnisnya agar menjadi semakin besar.

Suatu saat Amal bertemu dengan mantan bosnya, dan tahu bisnis bosnya hampir bangkrut. Tenaga kerja hanya tinggal sekitar 100 orang, dan tampaknya sudah berada pada ujung kebangkrutan. Amal tahu dari teman-temannya bahwa semenjak dirinya keluar, perusahaan mulai banyak masalah. Perusahaan sering rugi dan tidak mampu membayar hutang-hutang perusahaan. Di tambah lagi bisnis tekstil yang lagi lesu karena serbuan tekstil impor dari Cina.

Namun menurut Amal masalah mantan bosnya semakin parah karena perilaku bosnya sendiri yang kehilangan jiwa kewirausahaannya (entrepreurship) ketika berada dipuncak kesuksesannya. Menjadi takut pada resiko menjadi bangkrut dan miskin, takut mencoba sesuatu yang baru karena takut salah. Terjebak pada kepuasaan akan hasil sehingga membuatnya berorientasi jangka pendek, dan tidak memiliki pikiran dan rencana jangka panjang. Dan kehilangan naluri bisnisnya sehingga tidak mampu beradaptasi dengan perubahan.

Amal merasa kasihan dengan mantan bosnya, karena kehidupannya sangat kacau dan jauh dari agama. Setiap malam berfoya-foya, memburu kesenangan dunia malam dan selalu pulang ke rumah dalam kondisi kelelahan. Rumah tangganya pun kacau, dan tidak ada lagi kejururan dalam rumah tangganya. Ingin sekali suatu saat, Amal bisa menolong mantan bosnya, agar segera kembali ke jalan yang lurus dan bangkit lagi menjadi pengusaha yang lebih baik dan bermanfaat.

Kesuksesan Amal memang belum setinggi yang pernah dicapai oleh mantan bosnya. Namun dia yakin bahwa seiring perjalanan waktu, dia akan mampu melampauinya.
Amal menjadikan kebangkrutan bosnya sebagai pelajaran yang sangat berharga, khususnya ketika seseorang sedang berada tangga kesuksesan, agar tidak mudah lupa diri. Kita perlu selalu memperbaiki diri kita dan menyelaraskan dengan perubahan. Apa yang kita anggap sukses saat ini, belum tentu, bahkan seringkali tidak bisa menjadi acuan sukses untuk tahun-tahun berikutnya.

Dunia selalu berubah sekalipun ada yang tampaknya selalu sama, seperti matahari yang selalu muncul dari timur dan tenggelam ke arah barat. Namun sadarkah kita bahwa setiap hari ada manusia yang mati dan ada pula anak yang baru lahir. Kemampuan untuk membaca dan memahami perubahan akan banyak membantu kita melewati hidup ini dengan lebih manfaat dan lebih cerdas.






Sumber :
http://www.mmfaozi.com/sukses-berwirausaha-2-cerita-untuk-calon-pengusaha.html

Rabu, 27 April 2011

TIPS WIRAUSAHA BAGI PEMULA

Jangan takut gagal ketika baru saja memulai usaha. Yang penting pede, dan teruslah bermimpi! Mengapa kini banyak orang mulai memilih membuka usaha sendiri? Tentu banyak sekali alasan yang melatarbelakanginya. Salah satunya faktor kebutuhan yang makin meningkat, seiring kenaikan harga di segala bidang.

Kendati demikian, menurut Fauziah Arsiyanti, SE. MM. Dip IFP, Adviser Personal Financial Services dari First Principal Fiancial, keinginan berwirausaha ini tak hanya dilatarbelakangi faktor ekonomi saja. "Mereka yang hidup berkecukupan pun mau berwirausaha karena ingin mengaktualisasikan diri, tanpa perlu meninggalkan keluarga dengan bekerja di luar rumah," ujar perempuan yang kerap disapa Zizi ini.
Misalnya, seorang perempuan yang sudah lama bekerja kantoran, merasa kariernya tak berkembang, dan ia pun bosan jika tinggal di rumah hanya mengurus anak saja. Nah, dengan berwirausaha, "Ia jadi makin terbuka, pintar mengatur uang, bisa mencari target pasar, tahu cara berpromosi, bahkan membuat produknya sendiri. Ia jadi lebih berkembang dari sebelumnya."

DARI HOBI JADI BISNIS
Akan tetapi, Zizi menambahkan, bisa saja seseorang berkarier bagus, namun ia membutuhkan tantangan lain di luar rutinitasnya, lalu memutuskan berwirausaha. "Dengan bekerja kantoran, ia memiliki net working yang baik. Hal ini bisa menjadi modal ketika memutuskan berwirausaha, sehingga ia punya banyak klien."
Faktor lain yang juga kerap dijadikan alasan berwirausaha, yaitu hobi. "Banyak orang merasa menemukan kepuasan batin dengan berwirausaha yang didasari hobinya." Di samping itu, faktor anak pun biasanya menjadi alasan para perempuan memutuskan berwirausaha. Namun, Zizi mengingatkan, meski anak dapat diasuh sendiri, tetap harus fokus dengan usahanya agar semua dapat berjalan lancar.

Lalu, usaha apa saja yang dapat dilakukan di rumah? Menurut Zizi, berbagai usaha dapat dilakukan. Membuka les privat, salon, spa, pijat dan aromaterapi, menerima jahitan, membuka butik, kantin, katering, dan membuat kue, bahkan membuat website atau blog. Berikut tips dari Zizi, yang harus diperhatikan ketika akan memulai usaha bagi para pemula:

1. Miliki Mimpi!
Bermimpilah jadi pengusaha sukses, punya uang banyak, bisa liburan ke luar negeri dan tempat-tempat eksoktis, atau tak perlu memikirkan pekerjaan lagi karena sudah punya banyak uang. Lalu bayangkan, dari mana uang itu bisa mengalir ke rekening Anda, atau dari usaha apa agar bisa sukses. Apakah akan jadi pengusaha restoran, garmen, atau lainnya? Bayangkan secara jelas, dan sedetail mungkin. Semua kesuksesan berdasar dari mimpi. Jadi, jangan takut berkhayal atau bermimpi.

2. Obesi dan Hobi
Apa, sih, hobi Anda? Memasak, menjahit, atau mengajar anak-anak? Nah, Anda harus bisa menjalankannya dengan hati. Jadi, yang Anda lakukan memiliki jiwa, nyawa, dan nilai. Semua yang dilakukan dengan hati, pasti akan lebih lancar dijalankan.

3. Lihat Kenyataan
Setelah berkhayal, kembalilah ke realita. Kepala boleh di langit, tetapi kaki harus tetap menjejak bumi. Mulailah dari yang Anda punya, dan jangan membandingkan dengan milik orang lain. Jika mampu memasak dan hasilnya disenangi orang rumah, Anda berbakat membuka katering. Atau, sabar melatih anak, mampu dan terlatih mencarikan solusi bagi anak-anak yang kurang fokus belajar? Jadilah guru les dan pembimbing.

4. Buat Rencana Bertahap
Mulailah membuat rencana bertahap. Buatlah kondisi dari nol dengan satu syarat, selalu melihat ke depan. Misalnya, tak punya uang tapi punya modal kemampuan. Jika punya uang Rp 500 ribu dan pintar masak, apa yang akan dilakukan agar bisa menghasilkan lebih. Lakukan bertahap, perlahan, sesuai kemampuan. Jika dilakukan dengan benar, lambat laun keuntungan akan mengikuti Anda.

5. Susun Berbagai Rencana
Ketika usaha mulai berjalan, jangan hanya memiliki satu rencana saja. Buat juga rencana B, C, atau D. Misalnya, setelah membuka warung tapi sepi pengunjung, mulailah berpikir kreatif dan jalankan rencana B. Jangan menunggu orang datang, tapi harus menjemput bola dan tawarkan kemudahan lain. Misalnya, memberi pelayanan delivery service. Jika rencana B ternyata belum berhasil, jalankan rencana C, dan seterusnya.

6. Buat Anggaran
Jika usaha sudah berjalan, buat anggaran pengeluaran dan pemasukan dengan rapi. Pisahkan antara pemasukan dan pengeluaran dari gaji suami atau istri untuk biaya sehari-hari, dengan hasil usaha. Sebaiknya, uang dipecah ke dalam dua rekening bank, dan jangan masuk ke dompet, agar tidak boros dan mudah melihat laba yang didapat. Jika tak membuat anggaran dan hanya tambal sulam, Anda tak akan bisa melihat laba yang diraih. Yang ada, Anda justru tidak tahu apakah usahanya sukses atau gagal. Dengan membuat anggaran yang tepat, kesalahan yang muncul akan bisa dicari penyebabnya, dan dapat segera diperbaiki.***







 






Sumber :
http://www.rumahzakat.org/detail_sharing.php?id=26

Selasa, 19 April 2011

Pentingnya jiwa wirausaha dikalangan pelajar

Wirausaha secara sederhana diartikan sebagai berani berusaha, berani adalah sebuah sikap yang perlu ditanamkan sejak dini kemudian dipupuk dan dikembangkan secara terus menerus, sikap seseorang dipengaruhi oleh inner (bawaan dari dirinya) dan lingkungan dimana orang tersebut berada. Lingkungan seorang pelajar meliputi lingkungan rumah, sekolah dan pergaulan diluar keduanya.

Sebagaimana kita ketahui seorang pelajar khususnya SMK setelah lulus mindsetnya cari kerja.... walaupun materi kewirausahaan sudah diberikan sejak di kelas X ternyata membentuk jiwa wirausaha tidaklah mudah, perlu dukungan berbagai pihak diantaranya keluarga, guru secara keseluruhan (bukan guru kewirausahaan saja), lingkungan masyarakat dan pemerintah.

Untuk mengubah mindset siswa/lulusan dari mencari kerja menjadi menciptakan lapangan kerja untuk sementara mungkin baru angan-angan, minimal karakteristik seorang wirausahawan dapat diterapkan dalam lingkungan kerja mereka walaupun dalam kapasitas karyawan

kiat sukses menjadi wirausaha muda mandiri

kiat sukses wirausaha muda mandiriSejumlah wirausahawan muda mandiri berbagi pengalaman dan kunci agar bisa sukses dalam menjalankan bisnis.

Mereka yang berbagi adalah Brian Arfi Faridhi, Tririan Arianto, Iin Budianto, dan Zainal Abidin di acara seminar “Berbisnis Bisa! Saya Bisa Anda pun Bisa!” di Elemen Café Surabaya beberapa waktu lalu. Keempatnya adalah wirausahawan yang sukses di bidangnya masing-masing dan mendapatkan penghargaan dari Bank Mandiri pada 2009.

Menurut Brian, CEO PT DheZign Online Solution, menjadi seorang entrepreneur tidaklah mudah, banyak yang mencoba banyak pula yang gagal. Namun dengan fokus, keuletan dan ketekunan, persoalan itu akan teratasi dan jalan pun akan terbuka.

“Dalam bisnis hanya satu yang pasti, yaitu kegagalan. Namun kegagalan tersebut akan menghasilkan ketika kita terus mencoba dan mencoba,” tutur Juara Wirausaha Muda Mandiri kategori industri kreatif mahasiswa ini.

Tririan, pemilik PT Mushroom Indonesia yang memenangkan kategori kuliner mengaku memulai usaha dari nol. "Namun dengan ketekunan, kerja keras, doa dan berbagi kepada sesama mampu mengantarkan saya hingga ke titik ini.”

Selain tekun dan ulet, rahasia lainnya adalah saling berbagi lewat komunitas seperti komunitas Tangan Di Atas (TDA) yang menjadi kumpulan para pengusaha UKM. Di sini, setiap orang bisa saling berbagi baik kesuksesan maupun kegagalan.

Keduanya, juga aktif dan bergabung di komunitas ini untuk mengembangkan bisnis. "Outlet bisnis saya meroket dari 3 outlet menjadi 10 outlet dalam 3 bulan," kata Tririan.

Iin Budianto, pengusaha makanan dan pengusaha komputer ini mengaku pendapatannya meningkat hingga Rp 40 juta per bulan. Awalnya Iin adalah seorang karyawan dengan gaji yang tetap.

Sabtu, 16 April 2011

Modal Nekat dan Siap Dimaki " Brian Arfi Faridh "



SEMANGAT pantang menyerah dalam membangun bisnis membawa Brian Arfi Faridhi (23) menjuarai Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2009.

"Wirausaha merupakan profesi yang luar biasa. Makanya tidak semua orang bisa menjadi wirausaha sejati. Sebab, dia harus siap bekerja keras, tidak gampang menyerah, harus memiliki mental juara dan siap dihina-hina orang. Itu alasan juri memilih saya sebagai pemenang karena sudah bolak-balik mengalami jatuh bangun dalam bisnis,” ujar Brian, pengusaha muda kreatif di bidang IT, ketika menjawab pertanyaan pengunjung Expo Wirausaha Mandiri di Jakarta Convention Center (JCC), pekan lalu.
Brian, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, tampil dalam expo tersebut karena berhasil menjadi pemenang pertama bidang usaha kreatif WMM 2009. Brian yang tahun lalu berhasil menembus omzet Rp 559 juta itu adalah salah satu dari 98 peserta expo. Seluruh peserta merupakan alumni WMM. Hingga kini, WMM yang diadakan Bank Mandiri sudah berlangsung empat kali.
Di stan Brian, pemilik PT DheZign Online Solution, dipajang piala penghargaan WMM 2009. Piala itu diserahkan langsung oleh Wapres Boediono, Jumat (22/1) lalu. Stan tersebut juga memajang papan data yang menampilkan foto Brian dan keterangan mengenai perusahaannya. Brian mengatakan, data yang ditampilkan banyak yang tidak akurat. Misalnya, disebutkan tahun 2009 dia meraih untung. Padahal sesungguhnya, Brian rugi Rp 14 juta.    

Mendengar itu, seorang ibu yang berada di stan Brian, langsung berkomentar, "Lho, kok pemenang WMM bisnisnya rugi? Apa nggaksalah, tuh?" Brian spontan menjawab, "Lho, Bu, yang namanya pengusaha harus berani rugi. Tahun lalu, omzet kami naik dua kali lipat. Tapi karena melakukan ekspansi, kami jadi rugi," tambah pria kelahiran Surabaya, 31 Mei 1986.  
Sumber pendapatan Brian berasal dari bisnis IT dan toko online yang menjual perlengkapan busana muslim. Ke depan, Brian merencanakan ekspansi dengan memperkuat divisi bisnis pengembangan web. Itu sebabnya tahun lalu dia banyak merekrut SDM di bidang web programing. "Nanti saya akan fokus ke pasar Jakarta karena prospeknya lebih cerah dibanding Surabaya. Saya sendiri sudah sekitar tiga bulan di Jakarta, tapi anak istri masih di Surabaya," ujar suami Juanita Vyatri tersebut.  
Menurut Brian, dia mulai mengembangkan  bisnis IT pada tahun 2006. Saat ini dia fokus melayani orang yang mau menggunakan media online untuk kegiatan marketing. "Untuk membangun toko online, minimal kami mengenakan biaya senilai Rp 20 juta. Kami siapkan pula program garansi 100 persen uang kembali, bila konsumen tidak puas," tambah Brian yang juga siap membantu pengusaha pemula memiliki toko online secara free.      

 Jualan di kampus
Sejak umur 18 tahun Brian sudah berani berjualan parfum di lapak kampus ITS. Dia tidak peduli teman-temannya di kampus meledek kegiatannya itu. Brian juga pernah berjualan jus di pinggir jalan. "Kalau dagangan tidak untung, saya langsung ganti dengan dagangan lainnya. Sedih sih kalau gagal karena saya orang yang tidak suka kalah. Tapi, bagaimana pun saya harus bangkit," ujar bapak tiga anak ini. 
Dilihat dari kepribadiannya, Brian sosok yang tidak suka dengan pekerjaan yang rutin. Makanya, meski sudah bolak-balik bisnisnya bangkrut, Brian tidak pernah terpikir selesai kuliah akan bekerja di kantor. Mungkin karena itu pula dia aktif menggali ide-ide usaha baru.
Tak hanya itu, Brian juga orang yang berani mewujudkan setiap gagasannya. Termasuk keberanian memilih menikah pada usia muda, yakni 18 tahun. "Kalau mau usaha tidak perlu mikir modal. Yang penting tekad yang kuat. Gila dan nekat," ujar Brian saat mengemukakan prinsipnya membangun bisnis.   
Prinsip itu pula yang digunakannya saat mengembangkan bisnis online busana muslim maupun bisnis pengembangan web. Untuk membangun bisnis web development, Brian hanya mengandalkan istrinya sebagai programer dan modal satu komputer, satu printer, dan koneksi internet. "Setelah itu, ya sudah, dipasarkan. Simpel. Modal lain, harus siap dimaki-maki konsumen, kerja keras dan harus memiliki mental juara,"ujar Brian.
Target akhir tahun 2010, setelah urusan bisnisnya beres, dia akan membawa istri dan anaknya tinggal di Jakarta. "Saat ini, dunia onlinedi Indonesia sedang tumbuh. Tapi, pasar yang menjanjikan ada di Jakarta. Saya sudah menyiapkan tenaga-tenaga ahlinya untuk merebut pasar tersebut,"ujar Brian semangat.  


 http://www.wartakota.co.id/read/inspirasiusaha/20842

Kamis, 14 April 2011

Manfaat dan Tantangan Berwirausaha

Manfaat wirausaha adalah :

a.    menambah lapangan kerja
b. mempunyai peluang untuk mengoptimalkan diri, karena dengan berwirausaha diri kita akan terpacu untuk menjadi lebih baik dari yang sekarang ini.
c. adanya peluang untuk mencapai keuntungan dengan maksimal yang semuanya di dapat dari hasil kerja keras kita.
d. menunjukan bahwa diri kita mampu menjadi pemimpin, yang dapat memanaj semua aspek-aspek perusahaan
e. mempunyai peluang untuk dapat membantu masyarakat dengan usaha yang konkret atau jelas kegiatan usahanya.



Tantangan yang dialami oleh para wirausahaan :

a. memperoleh pendapatan yang tidak menentu, karena pendapatan yang didapat tergantung pada fluktuasi permintaan pelanggan yang diperkirakan tidak tetap.
b. segala resiko yang terjadi dipikul oleh mereka.
c. wirausahawan dituntut bekerja keras.
d. wirausahawan dituntut menghemat pengeluaran, memperbesar pendapatan.




Keistimewaan yang dimiliki Wirausahawan dalam pribadinya :

1. Kemampuan yang tinggi dalam menganalisis
2. Dapat membangun Net Working
3. Menjalin Hubungan
4. Pintar dalam Bernegosiasi
5. Mengetahui situasi penjualan
6. Mengelola Finansial 




Langkah-langkah yang harus dikembangkan untuk menjadi wirausahawan :

1. Spirit Process ; bakat penunjang dalam diri kita, memacu semangat dalam mencapai keberhasilan.
a. Personal : ide yang didukung oleh teman, famili, pengalaman dan umur.
b. Lingkungan : keadaan ekonomi, lapangan kerja, SDM yang banyak tersedia, dan beberapa peraturan pemerintah.

2. Innovation Process ; pengembangan ide kreatif, dan mempunyai penemuan-penemuan dalam berwirausaha, atau peluang yang dapat dimanfaatkan untuk membuka usaha.
a. Personal : keinginan untuk berprestasi, dan pendidikan.
b. Lingkungan : adanya peluang dan ide kreatif dalam mengembangkan hal-hal baru.

3. Trigenering Event Process ; pemicu dari keinginan mereka untuk membuka usaha sendiri.
a. Personal : ketidakpuasan akan penghasilan yang didapat dari perusahaan tempat dimana mereka bekerja, PHK, tidak adanya pekerjaan lain yang dapat dikerjakan
b. Lingkungan :persaingan, modal dan bangunan strategis.

4. Implementation Process ; proses dari sebuah pelaksanaan yang didapat.
a. Personel :
- Kesiapan mental yang tegar dan mantap
- Mempunyai visi dan misi yang dibawa untuk masa depan yang akan dicapai.
- Mempunyai Komitmen yang tinggi.
b. Environment : tersedianya manajer pembantu sebagai asisten dalam membantu memenej semuanya dan SDM yang capable

5. Growth Process ; proses untuk menumbuhkembangkan perusahaan.
a. Personal : produk yang baik, organisasi yang kuat, lokasi yang strategis, feature produk, didukung oleh marketing-marketing yang professional.
            b. Environment : unsur persaingan yang sehat peran serta konsumen dan pemasok yang partial, 
                investor dan kebijakan pemerintah yang mendukung.

Senin, 11 April 2011

"Mentalitas Wirausahawan "

Oleh : Lili. H. Sutiono

Selama tahun 2002 ini, kondisi negara kita di berbagai bidang tidak menunjukkan perubahan berarti. Kebijakan pemerintah masih simpang siur, hukum semakin tidak jelas, dan kondisi sosial kian tidak menentu. Di bidang ekonomi, tidak ada perubahan kearah yang lebih baik. PHK tetap berlangsung karena banyak wirausahawan tidak lagi berminat memulai atau mengembangkan usahanya dan para investor asing sudah banyak yang memutuskan untuk memindahkan usahanya ke negara lain yang lebih menjanjikan.
 
Di sisi lain, jumlah populasi dengan usia produktif tidak bisa begitu saja menganggur. Hidup tetap harus berjalan dan penghasilan tetap mesti dicari untuk menutupi biaya hidup yang kian mahal. Berbagai ide bisnis bermunculan dan di diskusikan dalam berbagai pertemuan baik formal maupun informal. Sebagian ide tersebut memang hanya merupakan “mimpi yang indah” tetapi sebagian lagi ditanggapi dengan antusiasme yang tinggi. Dari hal ini terlihat bahwa masyarakat kita justru merasa terpacu ketika dihadapkan pada suatu krisis yang berkepanjangan. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan Ralph Stacey (1997) dalam tulisannya berjudul "Excitement and Tension at the Edge of Chaos" yang mengatakan bahwa kreativitas cenderung meningkat pada saat situasi semakin parah, atau sering disebut dengan istilah populernya "kreatif karena kepepet". Jika asumsi Stacey ini benar, sangat mungkin “mimpi-mimpi indah” itu sudah ada di benak banyak sekali penduduk Indonesia yang secara kreatif dan positif menginginkan perubahan.
Masalahnya sekarang, bagaimanakah mewujudkan jutaan mimpi indah itu menjadi kenyataan? Apa saja faktor-faktor psikologis yang harus dimiliki sang wirausaha sehingga dapat mewujudkan mimpi indahnya tersebut? Artikel ini ditulis dengan harapan dapat inspirasi bagi para pemilik mimpi indah supaya mereka bisa mempersiapkan diri dalam usaha mereka membuat mimpi itu menjadi kenyataan


Beberapa Alternatif
 
1. Menjadi wirausahawan mandiri
Untuk menjadi seorang wirausahawan mandiri, berbagai jenis modal mesti dimiliki. Ada 3 jenis modal utama yang menjadi syarat: (1) sumber daya internal yang merupakan bagian dari pribadi calon wirausahawan misalnya kepintaran, ketrampilan, kemampuan menganalisa dan menghitung risiko, keberanian atau visi jauh ke depan. (2) sumber daya eksternal, misalnya uang yang cukup untuk membiayai modal usaha dan modal kerja, social network dan jalur demand/supply, dan lain sebagainya. (3) faktor X, misalnya kesempatan dan keberuntungan. Seorang calon usahawan harus menghitung dengan seksama apakah ke-3 sumber daya ini ia miliki sebagai modal. Jika faktor-faktor itu dimilikinya, maka ia akan merasa optimis dan keputusan untuk membuat mimpi itu menjadi tunas-tunas kenyataan sebagai wirausahawan mandiri boleh mulai dipertimbangkan

2. Mencari mitra dengan “mimpi” serupa.
Jika 1 atau 2 jenis sumber daya tidak dimiliki, seorang calon wirausahawan bisa mencari partner/rekanan untuk membuat mimpi-mimpi itu jadi kenyataan. Rekanan yang ideal adalah rekanan yang memiliki sumber daya yang tidak dimilikinya sendiri sehingga ada keseimbangan “modal/sumber daya” di antara mereka. Umumnya kerabat dan teman dekatlah yang dijadikan prospective partner yang utama sebelum mempertimbangkan pihak lainnya, seperti beberapa jenis institusi finansial diantaranya bank.

Pilihan jenis mitra memiliki resiko tersendiri. Resiko terbesar yang harus dihadapi ketika berpartner dengan teman dekat adalah dipertaruhkannya persahabatan demi bisnis. Tidak sedikit keputusan bisnis mesti dibuat dengan profesionalisme tinggi dan menyebabkan persahabatan menjadi retak atau bahkan rusak. Jenis mitra bisnis lainnya adalah anggota keluarga; risiko yang dihadapi tidak banyak berbeda dengan teman dekat. Namun, bukan berarti bermitra dengan mereka tidak dapat dilakukan. Satu hal yang penting adalah memperhitungkan dan membicarakan semua risiko secara terbuka sebelum kerjasama bisnis dimulai sehingga jika konflik tidak dapat dihindarkan, maka sudah terbayang bagaimana cara menyelesaikannya sejak dini sebelum merusak bisnis itu sendiri.
Mitra bisnis lain yang lebih netral adalah bank atau institusi keuangan lainnya terutama jika modal menjadi masalah utama. Pinjaman pada bank dinilai lebih aman karena bank bisa membantu kita melihat secara makro apakah bisnis kita itu akan mengalami hambatan. Bank yang baik wajib melakukan inspeksi dan memeriksa studi kelayakan (feasibility study) yang kita ajukan. Penolakan dari bank dengan alasan “tidak feasible” bisa merupakan feedback yang baik, apalagi jika kita bisa mendiskusikan dengan bagian kredit bank mengenai elemen apa saja yang dinilai “tidak feasible”. Bank juga bisa membantu kita untuk memantau kegiatan usaha setiap tahun dan jika memang ada kesulitan di dalam perusahaan, bank akan mempertimbangkan untuk tidak meneruskan pinjamannya. Ini merupakan “warning” dan kontrol yang bisa menyadarkan kita untuk segera berbenah. Wirausahawan yang “memaksakan” bank untuk memberi pinjaman tanpa studi kelayakan yang obyektif dan benar akhirnya sering mengalami masalah yang lebih parah. Agunan (jaminan) disita, perusahaan tidak jalan, dan hilanglah harapan untuk membuat mimpi indah menjadi kenyataan. Kejadian seperti ini sudah sangat sering terjadi, dalam skala kecil maupun skala nasional. Pinjaman seringkali melanggar perhitungan normal yang semestinya diterapkan oleh bank sehingga ketika situasi ekonomi tidak mendukung, sendi perekonomian mikro dan makro pun turut terbawa jatuh.
 
3. Menjual mimpi itu kepada wirausawahan lain (pemilik modal)
Jika teman atau kerabat yang bisa diajak bekerjasama tidak tersedia (entah karena kita lebih menghargai hubungan kekerabatan atau persahabatan atau karena memang mereka tidak dalam posisi untuk membantu) dan tidak ada agunan yang bisa dijadikan jaminan untuk memulai usaha anda, ada cara lain yang lebih drastis, yaitu menjual ide atau mimpi indah itu kepada pemilik modal. Kesepakatan mengenai bagaimana bentuk kerjasama bisa di lakukan antara si pemilik modal dan penjual ide. Bisa saja pemilik modal yang memodali dan penjual ide yang menjalankan usaha itu, bisa juga penjual ide hanya menjual idenya dan tidak lagi terlibat dalam usaha itu. Jalan ini biasanya diambil sesudah cara lainnya tidak lagi memungkinkan sedangkan ide yang kita miliki memang sangat layak diperhitungkan.
Ketiga cara di atas selayaknya dipikirkan sebelum seseorang mengambil keputusan untuk menjadi wirausahawan. Tanpa pemikiran mendalam, pengalaman pahit akan menjadi makanan kita. Banyak usaha yang akhirnya gulung tikar sebelum berkembang. Contohnya, pada tahun 1998, penduduk Jakarta tentu masih ingat akan trend “kafe tenda” sebagai reaksi atas Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang saat itu banyak terjadi. Tiba-tiba saja banyak mantan karyawan perusahaan beralih profesi menjadi wirausahawan. Bahkan usaha tersebut ramai-ramai diikuti oleh pula oleh para selebritis. Trend ini tidak mampu bertahan lama. Banyak “usaha dadakan” ini terpaksa gulung tikar. Entah kemana para wirausahawan baru kita ini akhirnya menggantungkan nasibnya sekarang.

 
Mentalitas Wirausahawan: Mitos atau Realita?
Untuk mewujudkan mimpi menjadi seorang wirausahawan yang sukses memang diperlukan berbagai faktor pendukung. Selain modal (sumber daya seperti tersebut di atas), masih ada faktor lain yang merupakan syarat untuk keberhasilan seorang wirausahawan. Banyak yang mengatakan “mental” atau “bakat”; dalam bahasa umum “bakat dagang”, merupakan salah satu diantara faktor tersebut. Meskipun belum banyak penelitian ilmiah mengenai mental atau kepribadian wirausahawan, namun ada beberapa fakta maupun asumsi yang bisa menerangkan bahwa memang ada perbedaan karakter antara wirausahawan dengan non-wirausahawan. Bisa saja perbedaan itu tumbuh karena kebiasaan atau pengaruh lingkungan sehingga menjadi karakter yang menetap dalam kepribadian seseorang
Bagi pengikut aliran non-deterministic, bakat dagang mungkin lebih bisa diterima sebagai sebuah mitos, sebab sulit untuk mengatakan bahwa seorang bayi memiliki “in-born entrepreneurship trait”. Lebih logis bila mengasumsikan bahwa “bakat dagang” yang dimitoskan mungkin merupakan kumpulan dari kebiasaan-kebiasaan tertentu yang dimiliki oleh wirausahawan lewat proses pembelajaran sejak dini. Kebiasaan ini disosialisasikan dan dikondisikan secara konstan kepada individu atau kelompok tertentu sehingga menjadi ciri karakter yang kuat dan mengakar di dalam mereka. Sebagian dari kebiasaan itu adalah:
  • menghitung untung rugi setiap tindakan/keputusan yang diambil
  • melihat peluang dan menganalisis kebutuhan pasar
  • mengelola sumber daya (planning, organizing, directing, controlling)
  • bekerja keras secara konstan dan mencari solusi bagi masalahnya
  • kebiasaan “jatuh-bangun” sehingga tidak lagi takut membuat keputusan
Selain faktor kebiasaan di atas, masih banyak faktor lain yang turut menentukan apakah seseorang bisa menjadi seorang wirausahawan yang sukses. Beberapa di antaranya adalah:


1. Kreatif dan Inovatif
Seorang wirausahawan umumnya memiliki daya kreasi dan inovasi yang lebih dari non-wirausahawan. Hal-hal yang belum terpikirkan oleh orang lain sudah terpikirkan olehnya dan dia mampu membuat hasil inovasinya itu menjadi “demand”. Contohnya: Menjelang tahun 2000, ada sekelompok orang yang menjadi “kaya raya” karena mereka berhasil menjual ide “the millenium bug”. Puluhan juta dollar bergulir di industri komputer dan teknologi hanya karena ide ini. Software baru, jasa konsultasi teknologi komputer bahkan Hollywood pun berhasil membuat ide ini menjadi industri hiburan yang menghasilkan puluhan juta dollar. Film “The Entrapment” adalah salah satu hasilnya. Contoh lainnya yang sederhana adalah pengemasan air minum steril kedalam botol sehingga air bisa diminum langsung tanpa dimasak. Banyak sekali contoh lain yang menunjukkan bahwa kreatifitas dan inovasi adalah salah satu faktor yang bisa membawa seseorang menjadi wirausahawan sukses. Perlu diingat bahwa kreatifitas dan inovasi bukan merupakan satu-satunya faktor penentu karena artispun harus memiliki kedua faktor ini sebagai penentu kesuksesannya.

 
2. Confident, Tegar dan Ulet
Wirausahawan yang berhasil umumnya memiliki rasa percaya diri yang tinggi, tegar dan sangat ulet. Ia tidak mudah putus asa, bahkan mungkin tidak pernah putus asa. Masalah akan dihadapinya dan bukan dihindari. Jika ia membuat salah perhitungan, saat ia sadar akan kesalahannya, ia secara otomatis juga memikirkan cara untuk membayar kesalahan itu atau membuatnya menjadi keuntungan. Ia tidak akan berhenti memikirkan jalan keluar walaupun bagi orang lain, jalan keluar sudah buntu. Kegagalan akan dibuatnya menjadi pelajaran dan pengalaman yang mahal. Semangatnya tidak pernah luntur; ada saja yang membuatnya bisa berpikir positif demi keuntungan yang dikejarnya. Kualitas kepribadian seperti ini tidak mungkin tumbuh secara mendadak. Keuletan, ketegaran dan rasa percaya diri tumbuh sejak dini (usia balita) dan sudah menjadi karakter atau dasar kepribadiannya. Sulit (bukan tidak mungkin) bagi seorang dewasa membentuk kualitas-kualitas ini jika tidak dimulai sejak masa balita.

 
3. Pekerja Keras
Waktu kerja bagi seorang wirausahawan tidak ditentukan oleh jam kerja. Saat ia sadar dari bangun tidurnya, pikirannya sudah bekerja membuat rencana, menyusun strategi atau memecahkan masalah. Kadang dalam tidurnyapun ia tetap berpikir. Membiarkan waktu berlalu tanpa ada yang dipikirkan atau dikerjakan kadang membuatnya merasa “tidak produktif” atau merasa kehilangan kesempatan.

 
4. Pola Pikir Multi-tasking
Seorang wirausahawan sejati mampu melihat sesuatu dalam perspektif/dimensi yang berlainan pada satu waktu (multi-dimensional information processing capacity). Bahkan ia juga mampu melakukan “multi-tasking” (melakukan beberapa hal sekaligus). Kemampuan inilah yang membuatnya piawai dalam menangani berbagai persoalan yang dihadapi oleh perusahaan. Semakin tinggi kemampuan seorang wirausahawan dalam multi-tasking, semakin besar pula kemungkinan untuk mengolah peluang menjadi sumber daya produktif


5. Mampu Menahan Nafsu untuk Cepat Menjadi Kaya
Wirausahawan yang bijak biasanya hemat dan sangat berhati-hati dalam menggunakan uangnya terutama jika ia dalam tahap awal usahanya. Setiap pengeluaran untuk keperluan pribadi dipikirkannya secara serius sebab ia sadar bahwa sewaktu-waktu uang yang ada akan diperlukan untuk modal usaha atau modal kerja. Keuntungan tidak selalu menetap, kadang ia harus merugi dan perusahaan harus tetap dipertahankan. Oleh sebab itu, jika ia memiliki keuntungan 10, hanya sepersekian yang digunakan untuk keperluan pribadinya. Sebagian besar disimpannya untuk digunakan bagi kemajuan usahanya atau untuk tabungan jika ia terpaksa mengalami kerugian
Wirausahawan yang bijak juga mengerti bahwa membangun sebuah perusahaan yang kokoh dan mapan memerlukan waktu bertahun-tahun bahkan tidak jarang belasan atau puluhan tahun. Seorang wirausahawan yang memulai usahanya dari skala yang kecil hingga menjadi besar akan mampu menahan nafsu konsumtifnya. Baginya, pengeluaran yang tidak menghasilkan akan dianggap sebagai sebuah kemewahan. Jika tabungannya tidak cukup untuk membeli kemewahan itu, dia akan menahan diri sampai tabungannya jauh berlebih. Ia juga menghargai keuntungan yang sedikit demi sedikit dikumpulkannya. Keuntungan itu diinvestasikannya ke dalam usaha lainnya sehingga lama-kelamaan hartanya bertambah banyak. Dalam hal ini memang ada benarnya pepatah yang mengatakan: “hemat pangkal kaya”.
Sebaliknya, wirausahawan yang tidak bijak seringkali tidak dapat menahan nafsu konsumtif. Keuntungan dihabiskan untuk berbagai jenis kemewahan dan hal yang tidak produktif sehingga tidak ada lagi tabungan untuk perluasan perusahaan atau untuk bertahan pada masa sulit. Perusahaanpun tidak lama bertahan


6. Berani Mengambil Resiko
Seorang wirausahawan berani mengambil risiko. Semakin besar risiko yang diambilnya, semakin besar pula kesempatan untuk meraih keuntungan karena jumlah pemain semakin sedikit. Tentunya, risiko-risiko ini sudah harus diperhitungkan terlebih dahulu. (Lihat artikel: Risiko-Risiko Pengembangan Bisnis)


7. Faktor Lainnya
Masih banyak lagi faktor yang belum terungkap dalam artikel ini. Saya berharap para pembaca yang memiliki pengalaman lain mau membagikan pengalamannya agar dapat menjadi inspirasi bagi calon-calon wirausahawan baru. Negara kita memang sedang membutuhkan wirausahawan baru untuk membangun kembali ekonomi yang morat-marit ini.
Bagi mereka yang sudah memiliki ide dan mimpi indah, cobalah mulai berhitung. Siapa tahu anda sudah memiliki banyak faktor yang disebutkan di atas dan anda tinggal mengatakan pada diri anda:”Just try it”. Bagi anda yang merasa bahwa dunia wirausaha bukan dunia anda, jangan kecil hati….sebab anda masih bebas bermimpi. Selain mimpi itu gratis, segala sesuatu yang baru selalu dimulai dari mimpi indah. “Selamat bermimpi”.


sumber : e-psikologi.com
 

Minggu, 10 April 2011

Tips Berprestasi Di Sekolah

Tipe seorang siswa di semua tingkatan sekolah ada 3, yaitu :

1. Siswa yang bakat dan minatnya sudah terlihat di Sekolah Dasar (SD)
2. Siswa yang bakat dan minatnya sudah terlihat di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
3. Siswa yang bakat dan minatnya sudah terlihat di sekolah Menengah Atas (SMA)

3 tipe itu ditentukan oleh daya adaptasi pada lingkungan sekolah dan prestasinya.

Ada tips untuk meningkatkan prestasi agar lebih mudah beradaptasi di lingkungan sekolah :

1. Pelajarilah semua karakter guru di sekolah itu tentang bagaimana cara ia mengajar sampai sifat-sifatnya kalau bisa.

2. Jika kalian tidak suka suatu pelajaran karena gurunya maka janganlah kalian membenci pelajaran itu.

3. Jika ada perselisihan antar teman atau dengan guru cobalah berkonsultasi dengan guru BK kalian atau dengan wali kelas kalian.

4. Ikutilah kegiatan ekskul di sekolah yang dapat menunjang kemampuan kalian yang nantinya kalian gunakan untuk mencapai cita-cita,

5. Jangan takut, segan, atau malu-malu untuk bertanya jika dalam suatu pelajaran kalian belum mengerti atau tidak bisa.

6. Buatlah Jadwal kegiatan secara terperinci dan gunakan waktu luang sebaik mungkin.

7. Belajarlah secara teratur dan rajin meskipun hari libur cobalah luangkan sedikit waktu bermain untuk belajar atau sekedar mengulang pelajaran yang telah dipelajari agar dalam pelajaran itu kita lebih fasih (memahami).

8. Dan yang terakhir jangan lupa berdoa kepada Tuhan YME karena usaha tanpa berdoa maka akan sia-sia belaka.

Itulah tips yang dapat saya berikan dan cobalah terapkan di sekolah mungkin ini berhasil mendongkrak prestasi kalian di sekolah. (Amin)